Tamu
Senja itu langit terlihat cerah. Semburat merah cahaya matahari masih terlihat di batas cakrawala. Di ujung jalan desa terdapat sebuah rumah yang mungil dengan halaman yang sangat asri. Di rumah itulah Rosan beserta istri dan seorang putranya tinggal. Mereka belum lama tinggal di desa tersebut tetapi para tetangga telah mengenal mereka dengan baik karena pak Rosan sekeluarga senang bersilaturahmi.
“ Tok ...tok...tok. Assalamualaikum !” Terdengar ketukan pintu dan ucapan salam dari luar. “Waalaikum salam “.Rosan bangkit dari duduknya dan membuka pintu. “ Pak Haidori !. Silahkan masuk!. Wah senang sekali bapak mampir ke rumah saya”. Haidori adalah teman bisnis Rosan. Dia berasal dari Surabaya. Petang itu dia datang bersama dua orang temannya Said dan Wanto. Bertiga mereka segera masuk ke ruang tamu mengikuti Rosan si tuan rumah.
“ Bu...bu .. . Ini ada tamu !”. Segera saja Rosan memanggil Jamilah,istrinya, yang masih sibuk di dapur. “ Oh pak Haidori”. Bagaimana khabarnya pak? Keluarga di Surabaya sehat?. Dengan ramah Jamilah menyambut ketiga tamunya. “ Alhamdulilah bu ,Saya dan keluarga di Surabaya sehat. “Oh iya, ini kenalkan kedua teman saya Said dan Wanto”. Dengan penuh sopan Jamilah mengangguk dan tersenyum ramah pada kedua orang tersebut. “ Maaf, saya buatkan minum dulu”. Segera Jamilah pergi ke dapur membuatkan minum bagi suami dan ketiga tamunya.
Petang itu Rosan dan Jamilah benar –benar berusaha menyenangkan tamu mereka. Mereka menghidangkan makanan, minuman atau camilan yang lezat agar ketiga tamunya senang. Keluarga itu tidak pernah menyadari bahwa tamu-tamu itu datang dengan sebuah rencana yang keji.
Senja semakin merayap. Malampun datang menjelang. Desa itu semakin senyap. Hanya suara –suara binatang malam yang terdengar. Desir angin malam begitu dingin seolah-olah ingin memberi khabar bahwa setan-setan jahat sudah merasuk ke hati Haidori, Said dan Wanto,menuntun mereka untuk melaksanakan rencana jahat mereka. Sementara itu Rosan beserta istrinya begitu bahagia tanpa memiliki prasangka buruk terhadap tamu-tamunya.Canda,gelak tawa mengiringi perbincangan mereka
Tak lama kemudian gema azan Isya terdengar dari Masjid di seberang jalan. Rosan segera menyudahi pembicaraanya. “ Maaf pak Haidori. Saatnya shalat Isya. Bagaimana kalau kita shalat berjamaah”. “ Oh ya pak Rosan. Boleh kami ke belakang sebentar ?” “ Silahkan pak. Saya dan istri menunggu di tempat shalat. Pak Haidori jadi imamnya ya!” “ Dengan senang hati pak Rosan. Saya mau berwudhu dulu”
Haidori , Said dan Wanto pergi ke tempat wudhu di dekat dapur rumah tersebut. Rencana yang sudah tersusun rapi segera dilaksanakan yaitu menghabisi nyawa penghuni rumah dengan racun apotas yang dimasukkan dalam minuman . Tetapi rencana itu berubah ketika mereka melihat kapak di gudang dekat kamar mandi. Diputuskan Said dan Wantolah yang menjadi eksekutornya. Aroma kematian menyeruak dari tempat wudhu berhembus menuju tempat shalat.
“ Ayo pak Rosan,bu Jamilah kita shalat sekarang”. Dengan tersenyum manis Haidori mengajak calon-calon korbannya. “ Lho pak said sama pak Wanto belum kesini juga. Mereka sedang apa pak?” Rosan bertanya keheranan “ Anu, mereka sedang ke kamar kecil sebentar. Sudahlah pak Rosan, kita shalat saja dulu!”, kata Haidori
Haidori menjadi imam dengan tenangnya. Sementara Rosan dan istrinya shalat dengan khusyuk ,tiba-tiba Said dan Wanto muncul dari belakang . Dengan sekuat tenaga mereka mengayunkan sisi belakang kapak pada kepala Rosan . Rosan terjatuh dan tewas seketika. Belum sempat menyadari apa yang terjadi dengan suaminya , Jamilahpun terjatuh dan tewas setelah mendapatkan pukulan serupa. Haidori , Said dan Wanto segera menyeret kedua korbannya ke ruang tamu.
“ Bu... ibu tolong buka pintunya !” Suara diluar mengagetkan Haidori dan kedua temannya. Ternyata Dedi ,anak Rosan dan jamila , baru pulang ke rumah. Segera Haidori memberi isyarat pada Said dan Wanto untuk bersembunyi dibalik pintu. Pelan-pelan Haidori membuka pintu untuk korban selanjutnya. “ Bapak siapa? Bapak ibu saya ada dimana ?” Dedi bertanya dengan heran “ Saya teman bisnis bapak kamu. Orangtua kamu ada di.......” . Haidori menjawab sambil memberikan isyarat kepada Said dan Wanto. Kedua eksekutor tersebut segera menjalankan tugasnya dengan baik. Dedi mendapatkan pukulan tanpa sempat memberikan perlawanan. Tubuhnya limbung dan akhirnya jatuh terkapar tidak berdaya. Dia tewas tak lama kemudian.
Ketiga pembunuh berdarah dingin itu bekerja dengan cepat. Selanjutnya mereka memasukkan ketiga jenazah tersebut kedalam mobil keluarga tersebut. Malam semakin larut ketika mobil itu di bawa ke suatu tempat yang sepi dan jarang dilalui kendaraan. Mobil dengan ketiga jenazah didalamnya kemudian di bakar. Api berkobar melahap mobil beserta isinya.Haidori sang otak pembunuhan beserta eksekutornya menyeringai puas.Setan-setan semakin berpesta pora ketika anak keturunan Adam terjerumus dalam dosa.
Keesokan harinya penduduk di sekitar desa Kluncing gempar. Di pinggir sebuah jalan ditemukan sebuah mobil yang terbakar dengan ketiga jenazah yang sudah tidak bisa dikenali lagi. Pihak kepolisian kesulitan mengidentifkasi ketiga jenazah tersebut karena kondisi jenazah gosong. Akhirnya ketiga korban dibawa ke Rumah Sakit di Surabaya untuk test DNA. Dugaan awal ketiga korban adalah korban pembunuhan.
Peristiwa pembunuhan sadis ini tersebar menjadi bahan berita baik di media cetak ,radio maupun televisi. Adalah sebuah keluarga di Banyuwangi yang meyakini bahwa ketiga jenazah adalah Rosan ,istri dan Dedi anak mereka. Berdasarkan nomor pelat mobil itu mereka memastikan ketiga korban benar-benar kerabat mereka. Apalagi sudah beberapa hari Rosan dan keluarganya tidak ada di rumah tanpa ada pemberitahuan apapun. Setelah dilakukan test DNA terbukti bahwa ketiga korban adalah Rosan, Jamilah dan Dedi.
Akhirnya setelah melkukan penyelidikan intensif aparat kepolisian Banyuwangi berhasil menangkap Haidori ,Dalang dari pembunuhan sadis tersebut. Sementara Said dan Wanto masih dalam pegejaran aparat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar